Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Dermatitis ( Askep )


Mata Kuliah  : KMB II
Dosen Pengasuh        : Saifuddin Zainal, S.Km, S.Kep, Ns, M.Kes

ASKEP DERMATITIS


Oleh kelompok 4 (Empat)
Musdalifah HD
Musfiqah Said
Mutmainnah Achmad
Muthmainnah
Mutmainnah Dahlan
Nadharatunnaim
Nadwiyah MuhaRRikah
Nani Wahyuna

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2012

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Deramatitis adalah prose peradangan pada lapisan kulit bagian atas yang menyebabkan timbulnya kerusakan pada permukaan kulit. Gambaran khas kerusakan pada kulit ini dapat berupa timbulnya keropeng, tampak basah, mengelupas, hingga timbul keretakan pada kulit. Kelainan ini sering dijumpai baik pada anak maupun dewasa. Angka kejadian dermatitis antara usia 1 dan 5 tahun adalah 34,5 per 1000. Antara usia 6 dan 11 tahun 26,7 per 1000, dan antara usia 12 dan 17 tahun 35,5 per 1000. Kurang lebih 80 % bayi pernah mengalami eksim pada bulan-bulan pertama kehidupan .

B.     Tujuan penulisan
1.      Memahami konsep dari dermatitis
2.      Memahami jenis-jenis dermatitis
3.      Mengetahui panatalaksanaan tindakan pada klien dermatitis.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pengertian.
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh factor eksoagen dan atau factor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimurfy ( eritema, edema, papula, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal.

B.     Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar (eksogen) misalnya ; bahan kimia, fisik (sinar), mikroorganisme (bakteri, jamur) ; dapat pula dari dalam (endogen), misalnya : dermatitis atopic.

C.     Patofisiologi.
Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti, sebagian besar merupakan respon kulit terhadap agen-agen seprti zat kimia, bakteri dan fungi selain itu alergi makan bisa juga menyebabkan dermatitis (Arief Mansjoer. 1998. Kapita selekta).

D.    Jenis-jenis Dermatitis.
1.      Dermatitis atopic
Dermatitis Atopik adalah suatu peradangan menahun pada lapisan atas kulit yang menyebabkan rasa gatal; seringkali terjadi pada penderita rinitis alergika atau penderita asma dan pada orang-orang yang anggota keluarganya ada yang menderita rinitis alergika atau asma dan reaksi alergi terhadap serbuk-serbuk tanaman.
§      Etiologi
Penderita dermatitis atopik biasanya juga memiliki penyakit alergi lainnya. Hubungan antara dermatitis dan penyakit alergi tersebut tidak jelas; beberapa penderita memiliki kecenderungan yang sifatnya diturunkan untuk menghasilkan antibodi secara berlebihan (misalnya immunoglobulin E) sebagai respon terhadap sejumlah rangsangan yang berbeda dan terjadi peningkatan eosinofil.
Berbagai keadaan yang bisa mempengaruhi timbulnya dan memperburuk dermatitis atopik
·         Stres emosional
·          Perubahan suhu atau kelembaban udara
·          Infeksi kulit oleh bakteri
·          Kontak dengan bahan pakaian yang bersifat iritan (terutama wol).
Pada beberapa anak-anak, alergi makanan bisa memicu terjadinya dermatitis atopic.
§      Manifestasi klinik.
Dermatitis atopik kadang muncul pada beberapa bulan pertama setelah bayi lahir. Pada wajah, kulit kepala, daerah yang tertutup popok, tangan, lengan, kaki atau tungkai bayi terbentuk ruam berkeropeng yang berwarna merah dan berair. Dermatitis seringkali menghilang pada usia 3-4 tahun, meskipun biasanya akan muncul kembali.
Pada anak-anak dan dewasa, ruam seringkali muncul dan kambuh kembali hanya pada 1 atau beberapa daerah, terutama lengan atas, sikut bagian depan atau di belakang lutut.       
             Wanita paling sering terkena. Warna, intensitas dan lokasi dari ruam bervariasi, tetapi selalu menimbulkan gatal-gatal. Rasa gatal seringkali menyebabkan penggarukan yang tak terkendali sehingga penyakitnya semakin buruk. Penggarukan dan penggosokan juga bisa merobek kulit dan menciptakan jalan masuk untuk bakteri sehingga terjadi infeksi.
             Kekeringan kulit yang berlebihan dengan keluhan gatal-gatal yang ditimbulkannya berhubungan dengan perubahan pada kandungan lemak, aktivitas kelenjar sebasea serta pengeluaran keringat. Sebagai reaksi terhadap garukan, gejala kemerahan segera tampak pada kulit dan kemudian dalam waktu 15-30 detik akan diikuti oleh gambaran pucat selama 3 menit. Lesi terjadi sekunder akibat trauma garukan dan akan tampak pada tempat-tempat dengan peningkatan pengeluaran keringat serta hipervaskularitas. Dermatitis atopik merupakan kelainan kronik dengan remisi dan eksaserbasi. Terapinya harus bersifat individual menurut kebutuhan masing-masing pasien.
              Dengan alasan yang belum pasti, penderita dermatitis atopik jangka panjang kadang mengalami katarak pada usia 20-30an tahun. Pada penderita dermatitis atopik, herpes simpleks yang biasanya hanya menyerang daerah yang kecil dan ringan, bisa menyebabkan penyakit serius berupa eksim dan demam tinggi (eksim herpetikum)
§      Diagnose banding
1.      Dermatitis Kontak (dengan tipe bayi): biasanya lokalisasi sesuai dengan tempat kontaktan, lesi berupa papula miliar dan erosive.
2.      Dermatitis Numularis : biasanya pada orang dewasa, eksudatif ; lokalisasi ekstremitas inferior, tidak ada stigmata atopik.
§      Penatalaksanaan.
1.      Krim atau salep corticosteroid bisa mengurangi ruam dan mengendalikan rasa gatal. Krim corticosteroid yang dioleskan pada daerah yang luas atau dipakai dalam jangka panjang bisa menyebakan masalah kesehatan yang serius, karena obat ini diserap ke dalam aliran darah. Jika krim atau salep sudah tidak efektif lagi, maka digantikan oleh jeli minyak selama 1 minggu atau lebih. Mengoleskan jeli minyak atau minyak sayur bisa membantu menjaga kehalusan dan kelembaban kulit. Jika digunakan kembali setelah pemakaiannya dihentikan sesaat, corticosteroid menjadi efektif kembali.
2.      Pada beberapa penderita, ruam semakin memburuk setelah mereka mandi, bahkan sabun dan air menyebabkan kulit menjadi kering dan penggosokan dengan handuk bisa menyebabkan iritasi. Karena itu dianjurkan untuk lebih jarang mandi, tidak terlau kuat mengusap-usap kulit dengan handuk dan mengoleskan minyak atau pelumas yang tidak berbau (misalnya krim pelembab kulit).
3.      Antihistamin (difenhidramin, hydroxizini) bisa mengendalikan rasa gatal, terutama dengan efek sedatifnya. Obat ini menyebabkan kantuk, jadi sebaiknya diminum menjelang tidur malam hari.
4.      Hindari semua factor luar yang mungkin menimbulkan manifestasi klinik : menjauhi allergen pencetus, hindari pemakaian bahan yang merangsang seperti sabun keras dan bahan pakaian dari wol.
5.      Kuku jari tangan sebaiknya tetap pendek untuk mengurangi kerusakan kulit akibat garukan dan mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi. Penderita sebaiknya belajar mengenali tanda-tanda dari infeksi kulit pada dermatitis atopik (yaitu kulit bertambah merah, pembengkakan, terdapat gurat-gurat merah dan demam). Jika terjadi infeksi, diberikan antibiotik.
6.      Tablet dan kapsul corticosteroid bisa menimbulkan efek samping yang serius, karena itu hanya digunakan sebagai pilihan terakhir pada kasus yang membandel. Obat ini bisa menyebabkan terhambatnya pertumbuhan, kelemahan tulang, penekanan kelenjar adrenal dan masalah lainnya, terutama pada anak-anak. Selain itu, efeknya yang menguntungkan hanya bertahan sebentar.
Pada dewasa bisa dilakukan terapi dengan sinar ultraviolet ditambah psoralen dosis oral.     
Terapi ini jarang dilakukan pada anak-anak karena efeks samping jangka panjang yang berbahaya, yaitu kanker kulit dan katarak.

2.      Dermatitis Eksfoliatif Generalisata
Dermatitis Eksfoliatif Generalisata adalah peradangan hebat yang mengenai seluruh permukaan kulit dan menyebabkan kemerahan dan pembentukan sisik yang berat.
§      Etiologi
Bisa disebabkan oleh obat-obat tertentu :
·         Penicillin
·          Sulfonamid
·          Isoniazid
·         Phenitoin
·          Barbiturat.
Bisa juga merupakan komplikasi dari penyakit kulit lainnya, seperti:
·         Dermatitis atopik    
·         Psoriasis    
·         Dermatitis kontak.  
Limfoma tertentu juga bisa menyebabkan dermatitis eksfoliatif generalisata
§      Manifestasi klinik
Dermatitis eksfoliatif bisa dimulai secara tiba-tiba maupun secara mendadak. Seluruh permukaan kulit menjadi merah, bersisik, menebal dan kadang membentuk keropeng. Beberapa penderita merasakan gatal-gatal dan kelenjar getah beningnya membesar.
        Penderita mengalami demam, tetapi mereka merasakan kedinginan karena begitu banyak panas yang hilang melalui kulit yang rusak.    Sejumlah besar cairan dan protein bisa meresap melalui kulit dan kulit yang rusak merupakan penghalang infeksi yang buruk.
Setelah seminggu terjadi gejala eksfoliasi (pembentukan skuama).
§      Pengobatan.
Diagnosis dini dan pengobatan penting untuk mencegah infeksi dan hilangnya cairan dan protein. Obat-obat atau bahan kimia yang menjadi penyebab dermatitis eksfoliatif generalisata dihindari. Jika penyebabnya limfoma, harus segera diobati.        Penderita dermatitis eksfoliatif yang berat harus dirawat dan mendapatkan antibiotik (untuk infeksi), cairan intravena (untuk menggantikan cairan yang hilang melalui kulit) dan tambahan makanan, Antihistamin untuk mengurangi rasa gatal.      
Perawatan berupa obat-obatan dan selimut hangat untuk mengendalikan suhu tubuh. Untuk melindungi kulit dioleskan jeli minyak.  Jika pengobatan lainnya gagal, bisa diberikan corticosteroid (misalnya prednisone) per-oral atau intravena.

3.      Dermatitis herpetiformis
Dermatitis Herpetiformis adalah suatu penyakit kulit yang ditandai dengan adanya sekumpulan lepuhan kecil yang sangat gatal dan pembengkakan kulit yang menyerupai kaligata, yang sifatnya menetap. Penyakit ini terutama menyerang usia 15-60 tahun; jarang menyerang orang kulit hitam dan orang Asia.
§      Etiologi.
Dermatitis herpetiformis adalah suatu penyakit autoimun.
Gluten (protein) di dalam terigu, gandum dan gandum hitam mengaktifkan sistem kekebalan, yang menyerang bagian kulit dan menyebabkan timbulnya ruam dan gatal-gatal. Hampir semua penderita dermatitis herpetiformis juga menderita penyakit usus (penyakit seliak). Penderita juga memiliki kecenderungan untuk menderita penyakit tiroid.
§      Manifestasi klinik.
Lepuhan-lepuhan kecil biasanya muncul secara bertahap; paling banyak ditemukan di sikut, lutut, bokong, punggung bagian bawah dan kepala bagian belakang. Kadang ditemukan di wajah dan leher. Penderita merasakan gatal-gatal dan rasa panas yang sangat hebat.
§      Diagnose
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Untuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan gluten-sensitive enteropathy dan immunofluoresensi langsung terhadap contoh jaringan kulit yang terkena.
§      Penatalaksanaan.
Penyakit ini diobati dengan dapson dan pemulihan dicapai dalam waktu 1-2 hari.
Dapson memiliki berbagai efek samping, terutama pada sel darah dan biasanya menyebabkan anemia. Karena itu kepada penderita yang mengkonsumsi dapson dilakukan pemantauan terhadap sel darah. Kebanyakan penyakit ini menetap lama sehingga penderita harus mengkonsumsi dapson selama bertahun-tahun.         
Penderita sebaiknya menjalani diet bebas gluten.

4.      Dermatitis Kontak
Dermatitis Kontak adalah peradangan yang disebabkan oleh kontak dengan suatu zat tertentu; ruamnya terbatas pada daerah tertentu dan seringkali memiliki batas yang tegas. Dermatitis kontak (dermatitis venenata) merupakan reaksi inflamasi kulit terhadap unsur-unsur fisik, kimia atau biologi (respons reaksi hipersensitivitas lambat tipe IV). Penyakit ini adalah kelainan inflamasi yang bersifat ekzematosa dan disebabkan oleh reaksi kulit terhadap sejumlah bahan yang iritatif atau alergenik.
§      Etiologi
Zat-zat tertentu dapat menyebabkan peradangan kulit melalui 2 cara, yaitu iritasi (dermatitis kontak iritan) atau reaksi alergi (dermatitis kontak alergika).
Sabun yang sangat lembut, deterjen dan logam-logam tertentu bisa mengiritasi kulit setelah beberapa kali digunakan.  Kadang pemaparan berulang bisa menyebabkan kekeringan dan iritasi kulit. Dalam waktu beberapa menit, iritan kuat (misalnya asam, alkali dan beberapa pelarut organik) bisa menyebabkan perubahan kulit.         
            Pada reaksi alergi, pemaparan pertama pada zat tertentu tidak menimbulkan suatu reaksi, tetapi pemaparan berikutnya bisa menyebabkan gatal-gatal dan dermatitis dalam waktu 4-24 jam.   Seseorang bisa saja sudah biasa menggunakan suatu zat selama bertahun-tahun tanpa masalah, lalu secara tiba-tiba mengalami reaksi alergi. Bahkan salep, krim dan lotion yang digunakan untuk mengobati dermatitispun bisa menyebabkan reaksi alergi. Sekitar 10% wanita mengalami alergi terhadap nikel. Dermatitis juga bisa terjadi akibat berbagai bahan yang ditemukan di tempat bekerja (dermatitis okupasional).
            Jika dermatitis terjadi setelah menyentuh zat tertentu lalu terkena sinar matahari, maka keadaannya disebut dermatitis kontak fotoalergika atau dermatitis kontak fototoksik.
Zat-zat tersebut antara lain tabir surya, lotion setelah bercukur, parfum tertentu, antibiotik dan minyak.

Penyebab dari dermatitis kontak alergika :
·         Kosmetik : cat kuku, penghapus cat kuku, deodoran, pelembab, lotion sehabis bercukur, parfum, tabir surya
·           Senyawa kimia (dalam perhiasan) : nikel
·          Tanaman : racun ivy (tanaman merambat), racun pohon ek, sejenis rumput liar, primros
·          Obat-obat yang terkandung dalam krim kulit : antibiotik (penisilin, sulfonamid, neomisin), antihistamin (difenhidramin, prometazin), anestesi (benzokain), antiseptik (timerosal)
·          Zat kimia yang digunakan dalam pengolahan pakaian.
§      Manifestasi klinik
Efek dari dermatitis kontak bervariasi, mulai dari kemerahan yang ringan dan hanya berlangsung sekejap sampai kepada pembengkakan hebat dan lepuhaan kulit
Ruam seringkali terdiri dari lepuhan kecil yang terasa gatal (vesikel).
Pada awalnya ruam hanya terbatas di daerah yang kontak langsung dengan alergen (zat penyebab terjadinya reaksi alergi), tetapi selanjutnya ruam bisa menyebar. Ruam bisa sangat kecil (misalnya sebesar lubang anting-anting) atau bisa menutupi area tubuh yang luas (misalnya dermatitis karena pemakaian lotion badan).      
Jika zat penyebab ruam tidak lagi digunakan, biasanya dalam beberapa hari kemerahan akan menghilang.    Lepuhan akan pecah dan mengeluarkan cairan serta membentuk keropeng lalu mengering. Sisa-sisa sisik, gatal-gatal dan penebalan kulit yang bersifat sementara, bisa berlangsung selama beberapa hari atau minggu.


§      Diagnose.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan adanya riwayat kontak dengan bahan iritan atau alergen. Jika diduga suatu dermatitis kontak, bisa dilakukan tes patch. Suatu plester kecil yang mengandung zat-zat yang biasanya menyebabkan dermatitis ditempelkan pada kulit pendeita selama 2 hari untuk melihat apakah terbentuk suatu ruam dibawah salah satu plester tersebut.           
             Pemeriksaan lain yang digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab lainnya adalah biopsi atau pembiakan luka di kulit.
§      Pengobatan.
Pengobatan dilakukan dengan cara menghilangkan atau menghindari zat-zat penyebab terjadinya dermatitis kontak. Untuk mencegah infeksi dan menghindari iritasi, daerah yang terkena harus dibersihkan secara teratur dengan air dan sabun yang lembut. Lepuhan tidak boleh dipecahkan. Verban kering juga bisa mencegah terjadinya infeksi.
Krim atau salep corticosteroid biasanya bisa meringankan gejala-gejala dermatitis kontak yang ringan.           
Tablet corticosteroid kadang digunakan pada kasus yang berat.
Pada keadaan tertentu pemberian antihistamin bisa meringankan gatal-gatal.

5.      Dermatitis kronis Pada Tangan dan Kaki.
Dermatitis Kronis Pada Tangan & Kaki adalah peradangan dan iritasi menahun pada tangan dan kaki
§      Etiologi.
Dermatitis kronis pada tangan terjadi sebagai akibat kontak berulang dengan zat kimia; dermatitis kronis pada tangan terjadi sebagai akibat dari lingkungan yang hangat dan lembab di dalam kaos kaki dan sepatu.             Dermatitis kontak adalah salah satu jenis dermatitis kronis pada tangan, biasanya terjadi akibat iritasi oleh zat-zat kimia (misalnya sabun) atau karena gesekan dari sarung tangan. Infeksi jamur merupakan penyebab tersering dari adanya erupsi kulit di kaki, terutama yang berupa lepuhan kecil atau ruam merah yang dalam.  Kadang penderita infeksi jamur menahun di kaki menderita dermatitis di tangannya karena reaksi alergi terhadap jamur
§      Manifestasi klinik
Dermatitis kronis bisa menyebabkan kulit pada tangan dan kaki terasa gatal atau mengalami luka.  Pomfoliks adalah suatu keadaan menahun dimana lepuhan-lepuhan yang terasa gatal timbul di telapak tangan dan pinggiran jari-jari tangan, juga bisa ditemukan di telapak kaki.    Lepuhan ini seringkali bersisik, berwarna merah dan berair.
Pomfoliks kadang disebut dishidrosis.
§      Diagnose
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejal-gejala dan hasil pemeriksaan fisik pada tangan dan kaki.
§      Penatalaksanaan
Pengobatan dermatitis kronis tergantung kepada penyebabnya. Pengobatan terbaik adalah menghindari zat kimia yang menyebabkan iritasi kulit. Untuk mengatasi peradangan bisa digunakan krim corticosteroid.   
Pada luka yang terbuka bisa terjadi infeksi bakteri dan diobati dengan antibiotik.
Jika penyebabnya adalah jamur, maka diberikan obat anti-jamur.

6.      Dermatitis Numuler
Dermatitis Numuler adalah suatu peradangan dan ruam menetap yang menimbulkan gatal, yang ditandai dengan bintik berbentuk uang logam disertai lepuhan-lepuhan kecil, berbatas tegas  dan sisik-sisik serta mudah pecah dan biasanya menyerang daerah ekstremitas.
§      Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui. Diduga infeksi mikroorganisme berperan pada dermatitis numularis, dengan ditemukannya peningkatan koloni staphylococcus dan micrococcus di tempat kelainan, walaupun secara klinis tidak ditemukan tanda infeksi.
Dermatitis kontak mungkin ikut memegang peranan pada berbagai kasus dermatitis numularis, misalnya ; alergi terhadap nikel, khrom, kobalt.        
Dermatitis numuler biasanya tejadi pada usia setengah baya, terutama yang kulitnya kering dan paling banyak terjadi di musim dingin.
§      Manifestasi klinik
Dimulai dengan eritema berbentuk lingkaran, selanjutnya melebar sebesar uang logam, dikelilingi oleh papula-papula, vesikel dan kemudian ditutupi krusta coklat. Bintik-bintik bulat berawal sebagai beruntusan/jerawat dan lepuhan yang menyebabkan gatal, yang selanjutnya pecah dan membentuk keropeng.           
Bintik-bintik ini lebih jelas tampak di punggung lengan atau tungkai dan di bokong, tetapi bisa juga ditemukan pada batang tubuh.
§      Penatalaksanaan.
Pengobatan terdiri dari :
·         Antihistamin sebagai sedative dan mengurangi gatal.
·         Kortikosteroid sistemik maupun topical .
·         Antibiotik seperti eritromicyn.
·         Suntikan kortikosteroid intralesi.
·         Kortikosteroid topical.

7.      Dermatitis Perioral
Dermatitis Perioral adalah suatu penyakit kulit yang ditandai oleh adanya beruntus-beruntus merah di sekitar mulut.
§      Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui. Dermatitis perioral terutama menyerang wanita yang berusia 20-60 tahun dan bisa muncul setelah pemakaian salep kortikosteroid di wajah untuk mengobati suatu penyakit.
§      Manifestassi klinik
Dermatitis perioral bisa sangat menyerupai jerawat atau rosasea.
Diantara batas bibir dengan ruam kulit biasanya dipisahkan oleh daerah kulit yang normal.
Bisa terasa sangat gatal dan bahkan sampai menyengat. Di sekitar bibir tampak beruntus-beruntus kecil kemerahan. Kadang beruntus-beruntus tersebut membentuk plak (daerah kemerahan yang menonjol) atau bercak (daerah kemerahan yang mendatar).
§      Pengobatan.
Pengobatan yang terbaik adalah tetracyclin per-oral (melalui mulut).
Jika penyakitnya berat dan pemberian antibiotik tidak dapat memperbaiki ruam kulit, maka diberikan obat jerawat isotretinoin.

8.      Dermatitis Seboroik
Dermatitis Seboreik adalah suatu peradangan pada kulit bagian atas, yang menyebabkan timbulnya sisik pada kulit kepala, wajah dan kadang pada bagian tubuh lainnya.
§      Etiologi
Penyebabnya tidak diketahui. Dermatitis ini sering ditemukan sebagai penyakit keturunan dalam suatu keluarga.
Factor resiko terjadinya dermatitis seboreik :
·         Stres
·          Kelelahan
·         Cuaca dingin
·          Kulit berminyak
·         Jarang mencuci rambut
·          Pemakaian lotion yang mengandung alkohol
·          Penyakit kulit (misalnya jerawat)
·          Obesitas (kegemukan)
§      Manifestasi klinik
Dermatitis seboreik biasanya timbul secara bertahap, menyebakan sisik kering atau berminyak di kulit kepala (ketombe), kadang disertai gatal-gatal tetapi tanpa kerontokan rambut. Pada kasus yang lebih berat, timbul beruntusan/jerawat bersisik kekuningan sampai kemerahan di sepanjang garis rambut, di belakang telinga, di dalam saluran telinga, alis mata dan dada.
      Pada bayi baru lahir yang berumur kurang dari 1 bulan, dermatitis seboroik menyebabkan ruam tebal berkeropeng berwarna kuning di kulit kepala (cradle cap) dan kadang tampak sebagai sisik berwarna kuning di belakang telinga atau beruntusan merah di wajah.  Ruam di kulit kepala ini sering disertai dengan ruam popok   .
        Pada anak-anak, dermatitis seboreik menyebabkan timbulnya ruam yang tebal di kulit kepala yang sukar disembuhkan.
§      Pengobatan.
Pengobatan dermatitis seboreik tergantung kepada usia penderita :
·         Dewasa.
- Bisa digunakan sampo yang mengandung seng pirition, selenium sulfida, asam salisilat dan belerang atau ter. Sampo digunakan setiap hari sampai ketombenya terkendali, selanjutnya sampo cukup digunakan 2 kali/minggu. Pengobatan seringkali harus dilanjutkan selama berbulan-bulan. Jika setelah pengobatan dihentikan dermatitis kembali kambuh, maka sampo tersebut bisa kembali digunakan.
- Lotion yang mengandung corticosteroid juga bisa dioleskan pada kulit kepala atau bagian tubuh lainnya.             Pada wajah digunakan lotion yang hanya mengandung corticosteroid 1%. Pemakaian corticosteroid harus secara hati-hati, karena penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan penipisan kulit dan gangguan lainnya.
- Jika corticosteroid tidak dapat mengatasi ruam, kadang digunakan krim ketoconazole.
·         Anak-anak.
Untuk ruam bersisik tebal di kulit kepala, bisa dioleskan minyak mineral yang mengandung asam salisilat secara perlahan dengan menggunakan sikat gigi yang lembut pada malam hari. Selama sisik masih ada, kulit kepala juga dicuci dengan sampo setiap hari; setelah sisiknya menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu.
·         Bayi.
Kulit kepala dicuci dengan sampo bayi yang lembut dan diolesi dengan krim hydrocortisone.
Selama ada sisik, kulit kepala dicuci setiap hari dengan sampo yang lembut; setelah sisik menghilang cukup dicuci 2 kali/minggu.

9.      Dermatitis Statis
Dermatitis Stasis adalah suatu peradangan menahun akibat bendungan aliran darah vena (berupa kemerahan, pembentukan sisik dan pembengkakan) pada tungkai bawah yang teraba hangat, yang sering meninggalkan bekas berupa kulit yang berwarna coklat gelap.
§      Etiologi
Dermatitis stasis merupakan akibat dari penimbunan darah dan cairan di bawah kulit, sehingga cenderung terjadi pada penderita vena varikosa (varises) dan pembengkakan (edema).
§      Manifestasi Klinik
Dermatitis stasis biasanya timbul di pergelangan kaki. Pada awalnya kulit menjadi merah dan sedikit bersisik. Setelah beberapa minggu atau beberapa bulan, warna kulit berubah menjadi coklat gelap.            
Pengumpulan darah dibawah kulit yang terjadi sebelumnya sering tidak dihiraukan, sehingga terjadi pembengkakan dan kemungkinan infeksi, yang akhirnya menyebabkan kerusakan kulit yang berat (ulserasi).
§      Penatalaksanaan.
Pengobatan jangka panjang bertujuan mengurangi kemungkinan penimbunan darah di dalam vena di sekitar pergelangan kaki. Mengangkat kaki dalam posisi yang lebih tinggi dari dada akan menghentikan penimbunan darah di dalam vena dan penimbunan cairan di dalam kulit.     
             Menggunakan stoking penyangga yang tepat bisa membantu mencegah kerusakan kulit yang serius dengan cara mencegah penimbunan cairan di tungkai yang lebih bawah.
Biasanya tidak diperlukan pengobatan tambahan.     
            Untuk dermatitis yang aktif, kompres yang menyejukkan (misalnya bantalan yang direndam dalam air ledeng), bisa membuat kulit terasa lebih baik dan bisa membantu mencegah infeksi.       
Jika keadaannya memburuk, bisa digunakan perban yang lebih menyerap.
Bisa juga diberikan krim kortikosteroid yang sering dikombinasikan dengan pasta seng oksida.
             Antibiotik diberikan hanya jika kulit telah terinfeksi.           
Kadang diambil kulit dari bagian tubuh lainnya untuk dicangkokkan guna menutupi luka terbuka yang sangat lebar.  
             Beberapa penderita mungkin memerlukan sepatu Unna, yaitu suatu alat yang menyerupai pembalut gips yang berisi pasta gelatin yang mengandung seng.
Sepatu ini membantu melindungi kulit dari iritasi dan pasta membantu menyembuhkan kulit.  Jika penderita merasa tidak nyaman mengenakan sepatu ini, pasta yang sama bisa digunakan dibawah balutan penyangga elastik.    
             Pada dermatitis stasis, kulit mudah teriritasi; karena itu sebaiknya penderita menghindari pemakaian krim antibiotik, krim anestetik, alkohol, lanolin atau bahan kimia lainnya sebab bisa memperburuk keadaan.

























E.     Penyimpangan KDM
Agen yang beraneka ragam
(zat kimia, bakteri, fungi)


Interaksi antigen dan antibody


Respon  pada kulit


Peningkatan Histamin


Gatal-gatal eritema



Gangguan rasa nyaman gatal
Krusta halus

Perubahan status kesehatan

Skuama hiperpigmentasi
stressor
Mekanisme koping tidak efektif
Cemas
Kerusakan integritas  kulit




















BAB III
PROSES KEPERAWATAN

A.     Pengkajian
1.      Biodata
a.       Identitas klien
b.      Identitas penanggung
2.      Riwayat kesehatan
a.       Keluhan utama
Biasanya pasien mengeluh gatal.
b.      Riwayat penyakit sekarang.
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada keluhan utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk menanggulanginya
c.       Riwayat kesehatan masa lalu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
d.      Riwayat kesehatan keluarga
Apakan ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit lainnya.
e.       Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan, apakah sedang mengalami stress yang berkepanjangan.
f.       Riwayat pemakaian obat.
Apakah pasien pernah menggunakan obat—obatan yang dipakai pada kulit, atau pernahkan pasien tidak tahan alergi terhadap sesuatu obat.
3.      Pemeriksaan fisik
a.       Keadaan umum
b.      Kesadaran ( GCS )
c.       TTV
·         Tekanan darah
·         Nadi
·         Pernafasan
·         Suhu
·         Tekanan nadi
d.      Keadaan kulit
·         Insfeksi
-          Apakah ada skuam (hiperpigmentasi) pada bagian tubuh
-          Apakah ada krusta
·         Palpasi
-          Biasanya pada daerah yang berskuama terba kasar.
-          Cek adanya nyeri tekan.

B.     Diagnose keperawatan.
1.      Gangguan rasa nyaman gatal b/d peningkatan histamine.
2.      Kerusakan integritas kulit b/d timbulnya skuama.
3.      Kecemasan b/d perubahan status kesehatan.

C.     Intervensi.
1.      DX : Gangguan rasa nyaman gatal b/d peningkatan histamine.
Tujuan : rasa gatal akan berkurang dengan kriteria :
·         Klien tidak mengeluh gatal
·         Tidak ada skuama.
Intervensi :
1)      Kaji tingkat kenyamanan klien terhadap gatal
R/ merupakan indicator dalam pemberian intervensi selanjutnya.
2)      Anjurkan klien agar tetap mempertahankun agar kuku tetap pendek dan bersih.
R/ mencengah timbulnya luka baru pada kulit dan mencegah tempat timbulnya berbagai kuman.
3)      Anjurkan klien agar tidak mengaruk bila gatal.
R/ mencegah terjadinya kerusakan kulit lebih dalam dan lebih luas.
4)      Anjurkan klien agar tetap menjaga kebersihan kulit, pakaian dan tempat tidur.
R/ meningkatkan kebersihan kulit untuk mempertahankan kondisi kulit agar integritas kulit tetap utuh.
5)      Kolaborasi dengan dokter pemberian obat anti sistemik.
R/ obat anti sistemik menberikan efek anti alergi, anti inflamasi sehingga diharapkan dapat mengurangi gatal dan mencegah perkuasan lesi.

2.      DX : Kerusakan integritas kulit b/d timbulnya skuama.
Tujuan : integritas kulit baik dan tidak terjadi kerusakan dengan kriteria:
·         Klien mengtakan tidak ada lagi bekas gatal-gatal dikulit.
·         Kulit tidak kasar.
·         Tidak ada kelainan kulit.
Intervensi :
1)      Kaji kelainan intergritas kulit lokasi dan penyebaran.
R/ mengidentifikasi kelainan kulitn untuk memudahkan penentuan intervensi selanjutnya.
2)      Anjtkan pada klien pada saat mengerinkan tubuh untuk tidak menggosok dengan keras.
R/ mencegah kerusakan integritas kulit tidak dalam dan terjadi perluasan.
3)      Anjurkan pada klien untuk meningkatkan asupan nutrisi ( protein, kaloro, vitamin )
R/ nutrisi yang adekuat memperbaiki struktur jaringan kulit sehingga penyembuhan lebih cepat.
4)      Anjurkan untuk menghindari pakaian yang tebal.
R/ mencegah kelembaban tubuh meningkat  dan dapat memicuh timbulnya prunitus.
5)      Kolaborasi dengan dokter pemberian obat sistemik.
R/ pemberian salep topical dapat mempercepat terkelupasnya lapisan epidemis kulit yang tidak berfungsi lagi.
3.      DX :Kecemasan b/d perubahan status kesehatan.
Tujuan :  kecemasan akan berkurang dengan kriteria :
·         Klien mengerti tenteang penyakitnya.
·         Klien dapat rilex
Intervensi :
1)      Kaji kecemasan klien tentang penyakitnya.
R/ mengetahui sejauh mana klien memahami penyakitnya dan dapat dilakukan intervensi selanjutnya.
2)      Berikan kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya.
R/ klien merasa puas sehingga mabang cemas dapat berkurang.
3)      Dengarkan keluhan klien dengan sikap empaty.
R/ memberikan keyakinan bahwa klien mempunyai orang terdekat yang dapat membantunya dan memperhatikannya.
4)      Anjurkan pada keluarga untuk memberikan support pada klien.
R/ meningkatkan percaya diri klien dalam menghadapi proses kesehatannya.
5)      Anjurkan pada klien untuk tetap mendekatkan diri pada tuhan.
R/ memberikan semangat dan keyakinan dalam menghadapi masalah.

D.     Evaluasi
1.      Klien mengatakan rasa gatalnya berkurang.
2.      Integritas kulit menjadi baik kembali.
3.      Kecemasan berkurang.





BAB IV
PENUTUP
A.     Kesimpulan .
Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon terhadap pengaruh factor eksoagen yaitu bahan kimia, fisik (sinar), mikroorganisme (bakteri, jamur) dan atau factor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimurfy ( eritema, edema, papula, vesikel, skuama, likenifikasi) dan gatal. Apaun jenis-jenis dermatitis yaitu dermatitis aptopik, dermatitis eksfoliatif generalisata, dermatitis herpetiformis, dermatitis kontak, dermatitis kronis pada tangan dan kaki, dermatitis numuler, dermatitis perioral, dermatitis seboreik, dan dermatitis statis.

B.     Saran.
Diharapkan untuk lebih meningkatkan personal hygiene, merawat kulit dengan benar dan teratur .





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Tulislah walau satu kata,.!!