Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

retardasi mental askep


Mata Kuliah    : Ilmu Jiwa
Dosen              : Tim Keperawatan Jiwa

ASUHAN KEPERAWATAN
ANAK REMAJA RETARDASI MENTAL

 


Disusun oleh:
Kelompok 9



Masriadi Tamrin                                  NH.01.09.
Muhammad Firdaus                            NH.01.09.
Nadwiyah MuhaRRikah                     NH.01.09.239
Nurningsih Buamona                          NH.01.09.
Nursyamsi                                           NH.01.09.
Rahmayani A. Kadir                           NH.01.09.
Rijaluddin Bali                                    NH.01.09.




SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2011
1.      Pengertian
Gangguan jiwa pada anak dan remaja merupakan hal yang banyak terjadi, yang umumnya tidak terdiagnosis dan pengobatannya kurang adekuat. Masalah kesehatan jiwa terjadi pada 15 – 22% anak – anak dan remaja, namun yang mendapatkan pengobatan jumlahnya kurang dari 20% (Keys, 1998).

Retardasi mental merupakan masalah dunia dengan implikasi yang besar terutama bagi Negara berkembang. Diperkirakan angka kejadian retardasi mental berat sekitar 0.3% dari seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai IQ dibawah 70. Sebagai sumber daya manusia tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan karena 0.1% dari anak-anak ini memerlukan perawatan, bimbingan serta pengawasan sepanjang hidupnya. Sehingga retardasi mental masih merupakan dilema, sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat. Demikian pula dengan diagnosis, pengobatan dan pencegahannya masih merupakan masalah yang tidak kecil.

Perkembangan jiwa anak merupakan bagian spesialisasi dari keperawatan spikiatrik. Intervensi keperawatan jiwa anak mendukung pertumbuhan dan perkembangan normal anak yang berlandaskan pada teori perkembangan fisio-biologis, psikologis, kognitif, sosial, sensirimotoris, moral dan filosofi.

Anak adalah seseorang yang berusia < 18 tahun yang memiliki kebutuhan fisik, psikologis dan sosial. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak – kanak ke masa dewasa. Haber, Hoskins dan Sideleau (1987) menentukan usia remaja antara 12 – 18 tahun, sementara Wilson dan Kneisl (1988) menggunakan usia 12 – 20 tahun sebagai batasan remaja. Sehat adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial serta bukan saja keadaan terhindar dari sakit maupun kecacatan (WHO). Kesehatan jiwa menurut UU No. 3 Tahun 1966, adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain.

Diagnosis gangguan jiwa pada anak dan remaja adalah perilaku yang tidak sesuai dengan tingkat usianya, menyimpang bila dibandingkan dengan norma budaya, yang mengakibatkan kurangnya atau tergangguagnya fungsi adaptasi (Townsend, 1999). Dasar untuk memahami gangguan yarg terjadi pada bayi, anak – anak dan remaja adalah dengan menggunakan teori perkembangan merupakan suatu tanda adanya masalah.

Retardasi mental adalah suatu gangguan heterogen yang terdiri dari gangguan fungsi intelektual dibawah rata-rata dan gangguan dalam keteranpilan adaptif yang ditemukan sebelum orang berusia 18 tahun.

Derajat Retardasi Mental

DERAJAT RM
IQ
USIA PRASEKOLAH (0-5 TAHUN)
USIA SEKOLAH
(0-21 TAHUN
USIA DEWASA
(>21 TAHUN)
Sangat Berat
< 20
Retardasi jelas
Beberapa perkembangan motorik dapat berespon namun terbatas
Perkembangan motorik dan bicara sangat terbatas
Berat
20 – 34
Perkembangan motorik yang miskin
Dapat berbicara atau belajar berkomunikasi namun latihan kejujuran tidak bermanfaat
Dapat berperan sebagian dalam pemeliharaan diri sendiri dibawah pengawai tanpa dsan ketat
Sedang
35 – 49
Dapat berbicara atau belajar berkomunikasi, ditangani dengan pengawasan sedang
Latihan dalam keterampilan sosial dan pekerjaan dapat bermanfaat, dapat pergi sendiri ke tempat yang telah dikenal
Dapat bekerja sendir tanpa dilatih namun perlu pengawasan terutama jika berada dalam stress
Ringan
50 – 69
Dapat mengembangkan keterampilan sosial dan komunikasi, retardasi minimal
Dapat belajar keterampilan akademik sampai ± 6 SD
Biasanya dapat mencapai keterampilan sosial dan kejujuran namun perlu bantuan terutama bila stress


Rentang respon


                  Respon adaptif                                                Respon mal adaptif


Gangguan perkembangan             gangguan intelektual               retardasi mental

2.      Etiologi
1.      Faktor psikobiologik
a.       Riwayat genetika keluarga : retardasi mental
b.      Pengaruh pranatal: infeksi maternal, kurangnya perawatan pranatal dan ibu yang menyalahgunakan zat, semuanya dapat menyebabkkan abnormalitas perkembangan saraf yang berkaitan dengan gangguan jiwa. Trauma kelahiran yang berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen pada janin sangat signifikan dalam terjadinya retardasi mental dan gangguan perkembangan saraf lainnya.
c.       Penyakit kronis atau kecacatan dapat menyebabkan kesulitan koping bagi anak.
2.      Faktor dinamika keluarga
a.       Penganiayaan anak
Anak yang terus – menerus dianiaya pada masa anak –anak awal, perkembangan otaknya kurang adekuat (terutama otak kiri).
b.      Disfungsi sistem keluarga
Misalnya : kurangnya sifat pengasuhan, komunikasi yang buruk.
3.      Faktor lingkungan
a.       Kemiskinan
b.      Tunawisma
c.       Budaya keluarga
3.      Tanda dan gejala
a.       Retardasi mental ringan
Keterampilan sosial dan komunikasinya mungkin adekuat dalam tahun – tahun prasekolah. Tetapi saat anak menjadi lebih besar, defisit kognitif tertentu seperti kemampuan yang buruk untuk berfikir abstrak dan egosentrik mungkin membedakan dirinya dari anak lain seusianya.
b.      Retardasi mental sedang
Keterampilan komunikasi berkembang lebih lambat. Isolasi sosial dirinya mungkin dimulai pada usia sekolah dasar. Dapat dideteksi lebih dini jika dibandingkan retardasi mental ringan.
c.       Retardasi mental berat
Bicara anak terbatas dan perkembangan motoriknya buruk. Pada usia prasekolah sudah nyata ada gangguan. Pada usia sekolah mungkin kemampuan bahasanya berkembang. Jika perkembangan bahasanya buruk, bentuk komunikasi nonverbal dapat berkembang.
d.      Retardasi mental sangat berat
Keterampilan komunikasi dan motoriknya sangat terbatas. Pada masa dewasa dapat terjadi perkembangan bicara dan mampu menolong diri sendiri secara sederhana. Tetapi seringkali masih membutuhkan perawatan orang lain.

Tanda dan gejala yang lain
·         Hiperaktivitas
·         Toleransi frustasi yang rendah
·         Agresi
·         Ketidakstabilan afektif
·         Perilaku motorik stereotipik berulang
·         Perilaku melukai diri sendiri
·          
4.      Perjalanan penyakit
Retardasi mental termasuk kelemahan atau ketidak mampuan kognitif yang muncul pada masa kanak – kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi kecerdasan di bawah normal ( IQ 70 sampai 75 atau kurang) dan disertai dengan keterbatasan – keterbatasan lain pada sedikitnya dua area fungsi adaptif : berbahsa dan berbicara, ketrampilan merawat diri, ketrampilan sosial, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, bersantai dan bekerja (AAMR 1992). Penyebab retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab prenatal,yaitu penyakit kromosom (trisomi 21/down sindrom, sindrom Fragile-X, ganggunan sindrom (distrofi otot duchenne, neurofibromatosis (tipe1) ) dan gangguan metabolisme sejak lahir (fenilketonuria), perinatal, penyebab perinatal yaitu yang berhubungan dengan masalah intrauterin seperti abrupti plasenta, DM, prematur, serta kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intra kranial, posnatal yaitu mencakup kondisi-kondisi yang terjadi karena cedera kepala, infeksi dan gangguan degeneratif dan demielinisdasi. Sindrom Fragile X, sindrom Down, dan sindrom alkohol fetal merupakan sepertiga individu-individu yang menderita retardasi mental. Munculnya masalah-masalah seperti paralisis serebral, defisit sensoris, gangguan psikiatrik dan kejang berhubungan dengan retardasi mental yang lebih berat. Diagnosis retardasi mental ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak, prognosis jangka panjang ditentukan seberapa jauh penderita dapat berfungsi mandiri dalam masyarakat.

5.      Mekanisme koping
a.       Represi perasaan : pengesampingan  secara tidak sadar tentang pikiran atau memori yang menyakitkan  atau bertentangan dengan kesadaran.
b.      Regresi : dalam menghadapi strees, perilaku, perasaan dan cara berfikir mundur kembali keciri tahap perkembangan sebelumnya.
c.       Intelektualisasi
6.      Data yang perlu dikaji
1.      Data demografi
a.       Nama
b.      Usia
c.       Tempat dan tanggal lahir
d.      Pendidikan
e.       Alamat orang tua
f.       Riwayat kelahiran
g.      Alergi
h.      Penyakit dan pengobatan yang pernah diterima anak
i.        Aktivitas sehari – hari : BB, jadwal makan dan minat terhadap makanan, kebiasaan dan kualitas tidur, eliminasi (kebiasaan dan masalah yang berkaitan dengan eliminasi)
2.      Fisik
Tujuan : untuk mengetahui kemungkinan pengaruh gangguan fisik terhadap perilaku anak
a.       Kulit
b.      Kepala
c.       Rambut
d.      Mata
e.       Telinga
f.       Hidung
g.      Mulut
h.      Pernafasan
i.        Kardiovaskuler
j.        Muskuloskeletal
k.      Neorologis
3.      Status mental
Tujuan : memberikan gambaran mengenai fungsi ego anak.
a.       Keadan emosi
b.      Proses berfikir
c.       Isi pikiran
d.      Pola penyelesaian masalah (pertahanan ego: denial, acting out, manarik diri)
e.       Pola interaksi (keluarga, teman sebaya)
f.       Persepsi remaja tentang kepuasaan terhadap kesehatannya
4.      Riwayat personal dan keluarga
Tujuan : untuk mengerti perilaku anak
a.       Riwayat gejala
b.      Tumbuh kembang anak
c.       Keadaan biofisik (penyakit, kecelakaan)
d.      Latar belakang sosial budaya, ekonomi dan agama
e.       Penampilan kegiatan kehidupan sehari – hari (rumah, sekolah)
f.       Sumber materi dan narasumber yang tersedia bagi remaja (sahabat, sekolah dan keterlibatan dalam masarakat

7.      Masalah keperawatan
1.      Gangguan pertumbuhan dan perkembangan
2.      Gangguan komunikasi verbal
3.      Gangguan ineteraksi sosial
4.      Perubahan koping keluarga
5.      Resiko mencederai diri dan orang lain
6.      Devisit perawatan diri

8.      Pohon masalah

Resiko mencederai diri dan orang lain

efek

Retardasi mental




                                                                        core problem
Gangguan perkembangan
mental




                                                                        etiologi


9.      Diagnosa keperawatan
1.      Gangguan pertumbuhan dan perkembangan karena kelainan fungsi kognitif
2.      Gangguan komunikasi verbal karena kelainan kognitif
3.      Gangguan ineteraksi sosial karena menarik diri
4.      Perubahan koping keluarga karena komunikasi inefektif terhadap anak retardasi mental
5.      Resiko mencederai diri dan orang lain karena perubahan persepsi: halusinasi pendengaran/ penglihatan
6.      Devisit perawatan diri karena ketidakmampuan untuk mandiri atau koping individu inefektif




10.  Rencana tindakan keperawatan
                                                                              
DIAGNOSA
RENCANA TINDAKAN
RASIONAL
TUJUAN
KRITERIA EVALUASI
TINDAKAN KEPERAWATAN
Retardasi mental
TUM : Penyembuhan penyakit

TUK 1:
Klien dapat membina hubungan saling percaya






1.1 Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan rasa senang, ada kontak mata, mau berjabat tangan, menyebutkan nama, menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan perawat



1.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan komunikasi terapeutik
·         Salam terpeutik
·         Perkenalkan diri
·         Jelaskan tujuan interaksi
·         Ciptakan lingkungan yang tenang
·         Buat kontrak yang jelas
·         Tepati waktu

1.1.2 Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya


1.1.3 Dengarkan ungkapan perasaan klien



hubungan saling percaya sebagai dasar interaksi yang terapeutik antara perawat dan klien










Ungkapan perasaan klien kepada perawat sebagai bukti bahwa klien mempercayai perawat

Rasa empati akan meningkatkan hubungan saling percaya

TUK 2
Pertumbuhan dan Pekembangan klien sesuai dengan usianya

2.1 tumbuh kembang klien normal
2.1.1 kaji perkembangan kemajuan fungsi organ tubuh klien


2.1.2 bantu keluarga menyususn tujuan yang realitas untuk klien
Agar rencana perawatan dapat diperbaiki sesuai kebutuhan


Untuk mendorong keberhasilan pencapaian harga diri

TUK 3
klien dapat berkomunikasi secara verbal
3.1 Klien berkomunikasi secara verbal
3.1.1 bantu klien belajar berkomunikasi secara verbal dengan baik

3.1.2 bantu klien untuk mengenali kata - kata
Agar klien dapat berkomunikasi secara verbal

Agar mempermudah klien berkomunikasi


TUK 4
klien dapat berhubungan dengan orang lain
4.1 Klien dapat merencanakan kegiatan sehari – hari sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya

4.2 Klien dapat melakukan rencana kegiatan sehari – hari sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya
4.1.1 bantu klien membuat rencana harian



4.2.1 bantu klien melakukan rencana kegiatannya
membantu klien dalam mengembangkan kemampuan yang dimilikinya

beri pujian atas keberhasilan klien

TUK 5
koping keluarga efektif
5.1 Keluarga klien mampu menerima keadaan klien
5.1.1 beri informasi pada keluarga klien tentang penyakit retardasi mental


5.1.2 beri informasi pada keluarga klien tentang cara perawatan anak dengan retardasi mental

Agar keluarga klien mampu menerima keadaan yang sesungguhnya

Agar keluarga klien memberikan perawatan yang baik

TUK 6
Klien tidak mencederai diri dan orang lain

6.1 klien bersikap bersahabat
6.1.1 diskusikan dengan klien tentang penyebab mencederai diri dan orang lain
Agar mempermudah klien dalam mengontrol penyebab perilaku kekerasan


TUK 7
klien dapat mandiri dalam perawatan dirinya





7.1 klien berusaha melakukan perawatan diri secara mandiri
7.1.1 diskusikan dengan klien tentang pentingnya kebersihan diri



7.1.2 motivasi klien untuk mandi

7.1.3 bimbing klien untuk mandi mandiri
pengetahuan ini dibituhkan untuk melakukan perawatan yang lebih lanjut pada klien

kebersihan klien akan meningkatkan harga diri

kemandirian klien akan meningkatkan aktifitas









11.  Evaluasi
S : klien berinteraksi secara sosial dengan kelompok teman sebaya
O : klien dan keluarga menunjukkan perbaikan keterampilan koping
A : pertumbuhan dan perkembangan klien sesuai tahap tumbuh kembangnya
P : lanjutkan intervensi

Aspek yang perlu dievaluasi
·         Ketepatan intervensi terhadap penyimpangan perilaku
·         Kemampuan anak untuk berhubungan dengan orang lain
·         Status mental secara keseluruhan
·         Kemampuan untuk memenuhi kebutuhan secara mandiri
·         Kemampuan menggunakan kegiatan terprogramsebagai proses belajar dan rekreasi

12.  Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Tujuan : memanfaatkan kecenderunan anak dan remaja untuk mendapat dukungan dari teman sebaya
a.       Terapi keluarga
·         Ajarkan keluarga mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi anak untuk bersikap menentang
·         Dorong untuk mendiskusikan masalah dan menyelesaikan konflik keluarga
·         Kenali perjuangan keras keluarga dan adanya hatga diri rendah pada orang tua
·         Kaji perilaku membengkang pada orang tua
·         Buat komunikasi yang efektif antara aorang tua dan anak
·         Bantu keluarga membuat keterampilan koping yang adaptif
b.      Terapi bermain
·         Biarkan klien bermain sesuai kebutuhannya
·         Bantu klien mempelajari cara – cara mematuhi aturan
c.       Terapi kelompok
·         Bantu perkembangan pembelajaran dan penghalusan ketrampilan komunikasi
·         Tingkatkan perkembangan ketrampilan penyelesaian masalah dan keterampilan sosial
·         Sediakan lingkungan yang aman untuk mendiskusikan perasaan
·         Berfokus pada perilaku yang membutuhkan perubahan
·         Anjurkan klien untuk mempelajari perilaku alternatif melalui pemantauan dan imitasi/peniruan terhadap terapis dan anak lain.



























DAFTAR PUSTAKA

Farida Kusumawati, Yudihartono. Buku Ajar Keperawatan Jiwa, Penerbit Salemba Medika.         Jakarta. 2010

Mansyur, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi ke 3, 2007. Cetakan ke delapan, Jilid I. Media            Aeusculapius: Jakarta

Capel, Linda Carman. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri, Pedoman Klinis Perawat, Edisis 2,     Jakarta: EGC, 2007

Sujono Riyadi, Teguh Purwanto, Asuhan Keperawatan Jiwa, Yogyakarta: Graha Ilmu

Arif Muttaqin, Pengantar Asuhan Keperawatn, Penerbit Salemba Medika. Jakarta. 2010

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar

Tulislah walau satu kata,.!!